Sabtu, 16 Maret 2013

BAGAIMANA KITA HARUS BERSIKAP TERHADAP PEKERJAAN KITA..?



Gantungkan cita-cita mu setinggi lagit… Itulah pidato Bung Karno saat memberi semangat pada rakyatnya agar hidup dengan memiliki mimpi- mimpi yang tinggi, karena dengan mimpi yang tinggi di harapkan akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik atau mempunyai masa depan yang lebih baik. Kalau seandainya aku jadi Sukarno, aku nggak akan berkata-kata seperti itu kepada rakyatku, aku akan berkata seperti ini,”Wahai rakyatku bekerjalah dengan penuh kedisiplinan, bersemangatlah dalam bekerja, tekunlah dalam bekerja, gapailah masa depanmu dengan kerja, kerja dan kerja, dan akhirnya tawakallah dalam bekerja.”


Terapkanlah kata-kata itu apapun pekerjaanmu, kamu boleh jadi petani, buruh pabrik, guru, pegawai bahkan presiden sekalipun, jangan menggantungkan cita-cita setinggi langit, ya… akhirnya jadi menggantung beneran sampai kita merdeka kita nggak bisa sejahtera karena kita selalu menggantungkan cita-cita.


Kalau menurut anda lebih penting mana kerja sungguh-sungguh atau  dapat uang? Tentu sebagian besar dari kita adalah lebih penting dapat uang daripada kerja keras, itulah sebagian besar dari kita karena pikiran kita sudah terbalik-balik. Yang benar kerja keras dulu, kalau kita kerja keras uang terpaksa mengikuti karena hasil kerja kita. 

Penulis  : Ok. Sekarang tak tanya anda seorang pegawai kantor?
Badrun :“Ya..”
Penulis : “Kamu dalam sebulan di gaji berapa?”
Badrun :  “Saya di gaji 2 juta sebulan.”
Penulis : “Ok. Saya akan bilang ke pimpinanmu anda akan tetap di gaji 2 juta perbulan tapi anda mulai sekarang hanya kerja selama 2 minggu saja. Kira-kira anda senang ngga dengan kondisi seperti itu?”
Badrun :”senang dong!”
Penulis : “Nah sekarang  kalau kamu senang, aku akan bilang ke bosmu lagi, bahwa anda akan tetap digaji 2 juta perbulan, tapi anda tidak usah bekerja selama 1 bulan, anda cukup duduk manis saja di rumah.” 
Badrun : ” ya.. saya akan lebih senang lagi, karena saya tidak melakukan apa-apa tapi di gaji tetap.”
Penulis : “Jadi anda lebih mementingkan uang daripada bekerja?”
Badrun : “Ya.. tentu saja Pak! Jaman sekarang itu kalau tanpa uang lebih baik ngga usah hidup aja!”    
Penulis : “Berkahkah uang anda?”
Badrun :”Saya nggak peduli apa berkah atau nggak, karena yang peting uang bagiku,”


Si Badrun ini adalah sebuah cermin untuk kehidupan sekarang ini,  Dimana uang adalah segala-galanya untuk bekal hidup.  Lha wong sekarang yang harusnya merupakan pekerjaan masuk dalam kategori akhlak aja sudah masuk ke wilayah bisnis.. contoh : dokter. Dokter itu masuk dalam kategori pekerjaan akhlak (menolong sesama),  kalau masalah alat suntik, obat, sewa ruang dokter itu kita sebagai pasien diwajibkan untuk membantu membiayai dokter dalam prakteknya, tapi kalau peristiwa seorang dokter nyuntik pasien, dokter memberi  nasehat kepada pasien, itu tidak boleh di bayar karena itu merupakan peristiwa akhlak seorang dokter, tapi apa yang terjadi sekarang dokter memberi nasehat dibayar(ada tarif), dokter nulis resep dibayar, dokter memeriksa pasien dibayar dan lain-lain.


Adakah contoh lain, ada. Guru. Guru itu juga merupakan pekerjaan akhlak, kalau guru datang ke sekolah maka kita wajib membayarnya sebagai pengganti transportnya, tapi kalau peristiwa guru mengajar/memberikan ilmu kepada murid, itu tidak boleh dibayar karena itu merupakan peristiwa akhlak bukankah ilmu yang diajarkan kepada sesama itu tidak akan mengurangi  ilmu seorang guru tapi justru malah menambah ilmu. Tapi apa yang terjadi sekarang seorang guru di bayar per mata pelajaran (ada tarifnya) atau per sks, yang seharusnya tidak boleh di bayar.


Itulah sekelumit peristiwa yang menggelitik pikiran kita tentang sebuah sikap hidup dalam menghadapi masalah-masalah pekerjaan.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar