Cerita ini bener-bener terjadi, di sebuah dusun sebut saja
nama dusunya dadapan, di dusun itu ada seorang nenek tua biasa
dipanggil mbok Udi, dia punya anak gadis 2 orang namanya Thilung dan Gidung.
Mereka hidup dengan serba kekurangan mbok Udi ini menjadi tulang punggung
keluarga, dia menjajakan jamu keliling, dengan jualan jamu ini dia bisa
menghidupi keluarganya.
Pada suatu pagi jam 04.00 Thilung hendak buang hajat di
sungai, setelah selesai buang hajat dia bermaksud hendak pulang, tanpa dia sadari
dia di buntuti oleh seorang pemuda brandal di di desanya, setelah sampai di
dekat kuburan dia di bekap oleh pemuda tersebut dan diseret di bawa masuk ke
kuburan, di tengah kuburan itu Thilung di kerjain oleh pemuda brandal tersebut,
setelah puas ngerjain Thilung, pemuda
tersebut meningggalkan dia di tengah kuburan.
Dengan langkah gontai Thilung pulang ke rumah, dia sengaja
tidak cerita kepada mbok Udi atas kejadian tersebut, dia coba pendam sendirian
masalah tersebut karena dia tak ingin
membenani mboknya dengan masalah yang baru.
Satu bulan setelah kejadian itu, Thilung merasakan badanya
sakit semua, perutnya mual rasanya pingin muntah, simboknya bertanya,” kenapa
Lung..ada apa dengan dirimu? Apa kamu sakit?” . Enggak mbok mungkin cuma masuk
angin aja,” sahut Thilung. Tapi beberapa minggu ini sakit Thilung semakin
menjadi . Mual, muntah dan pusing yang di rasakan, mbok Udi nggak tega melihat
keadaan anaknya, akhirnya dia periksakan anaknya ke mantri desa, setelah di
periksa oleh mantri akhirnya di simpulkan bahwa Thilung sedang
hamil. Mbok Udi kaget bukan kepalang,” Siapa yang menghamilimu Lung? Siapa?.”
Aku nggak tahu mbok..,” jawab Thilung.
Mbok Udi langsung pamitan sama
mantri.
Sampai di rumah Thilung terus menangis tak henti hentinya,
Mbok Udi menghampirinya,” Lung cerita sama simbok, siapa yang telah berbuat ini
kepadamu?” Tanya Mbok Udi, akhirnya Thilung pun menceritakan kejadian pagi itu
kepada simboknya, Mbok Udi pun ikut
menangis melihat keadaan anaknya.
Minggu demi minggu kehamilan Thilung semakin lama semakin
besar, dan kejadian itu menjadi buah bibir seluruh desa, Cibiran, sindiran pun
menerpa keluarga ini, kemiskinan
keluarga itu yang membuat mereka menerima begitu saja keadaan yang dialami,
karena keadaan inilah akhirnya Thilung menjadi stress, pandanganya kosong mirip
kaya orang linglung, kadang-kadang dia marah-marah, kadang menangis sedih yach mirip orang gila lah.. Keadaan keluarga ini semakin terpojok, Mbok
Udi hanya bisa menangis sedih melihat keadaan anaknya karena ya.. memang ndak
bisa berbuat apa-apa.. kehamilanya pun sudah tua dan bentar lagi mau lahir.
Akhirnya hari kelahirannya pun tiba, Thilung melahirkan
seorang anak perempuan, diberi nama Merit. Saya ngenes melihatnya, Merit kecil
hidup di keluarga yang serba kekurangan, karena Thilung masih stress akhirnya Merit kecil diasuh oleh neneknya,
ya.. memang karena keluarga yang tak berpendidikan sehingga merawat anak kecil
ya.. asal-asalan (pokoknya asal hidup), dan memang keadilan Tuhan akhirnya
Merit pun bisa tumbuh menjadi gadis kecil tapi ya itu kehidupan gadis kecil itu
boleh di bilang agak liar.
Kelompok pengajian kampung kami dulu pernah coba untuk
memberi beasiswa untuk sekolahnya Merit, sehingga Merit kecil pun bisa sekolah
tapi cuma sampai kelas 1 SD, karena dia
kemampuanya memang di bawah rata-rata. Dan Merit pun kembali ke habitatnya
yaitu di dunia liar, dia sering pergi kemanapun dia mau.
Singkat cerita Thilung akhirnya meni kah dengan duda
tetangga kampung, setelah menjalani rumah tangga suaminya ini juga suami yang
kurang baik, dia sering meninggalkan rumah, jika pulang ke rumah cuma pingin
buat anak aja, keterlaluan kok! Dan
memang benar anaknya banyak. Sampai sekarang anaknya 5… masih kecil-kecil lagi,
malah ada yang masih bayi. Ya.. gimana lagi lha wong KB dia juga nggak tau,
pendidikan juga gak ada, taunya dia itu pokoknya
dia dan anak-anaknya bisa makan. Titik. Dia
didik anaknya juga secara alami itu aja. Sekali lagi lha wong dia nggak tau
apa-apa. Dan kuasa Allah anak-anaknya juga
sehat-sehat, walaupun dia di didik semau-maunya, di kasih makan ya
semau-maunya, pokoknya saya sebagi penulis nggak bisa membayangkan deh… secara
kesehatan modern gimana dia mengasih makan.
Selama ini mbok Udi yang mencukupi kebutuhan hidupnya, tapi tanggal
15 April mbok Udi juga sudah di
panggil Tuhan, jadi Thilung harus mikir otak untuk menghidupi keluarganya.
Akhirnya dia jadi pemulung untuk menghidupi anak-anaknya… dan anehnya anak-anak
nya bisa hidup kaya anak normal lainya.
Terus gimana ceritanya si Merit anak thilung yang pertama? Kok gak ada
kabar?
Jadi ceritanya Merit itu pergi entah ke mana? Dan Thilung sebagai orang tua
juga sudah nggak peduli dengan Merit, walaupun Merit itu anaknya yang paling
tua, dan begitu juga dengan Merit juga nggak peduli dengan Thilung sebagai orang tuanya.
Ceritanya si Merit ini setelah pergi entah kemana? Pulang-pulang
dia sudah hamil, dan akhirnya melahirkan seorang anak perempuan, Merit itu yang
urusin mbok Udi (embahnya), dan Merit pun yang nikahkan juga mbok Udi. Sampai
urusin anaknya Merit itu mbok Udi, tapi sepeninggal mbok Udi semua jadi
berantakan hidupnya Thilung dan Merit jadi sendiri-sendiri. Mereka berdua jadi
pemulung untuk menghidupi keluarganya.
Sekarang anak Merit sudah mulai gedhe ya umuran SD lah..
tapi musibah itu sedang menimpa keluarga Merit, bahwa anaknya di perkosa oleh
suaminya Merit (bapak tirinya).. ini heboh sampai ke desa, suaminya lari menghilang
entah ke mana? Bahkan heboh sampai masuk Koran. Tetangganya yang ikut
melaporkan ke kantor polisi. Akhirnya anaknya merit di asuh di panti asuhan.
Kasihan ya… Sekali lagi orang kaya dia
ya.. gak ngerti hukum, dia itu ikut arus aja terserah pada takdir.
Seakan persoalan yang berat yang menimpa keluarga
masing-masing itu tidak menjadi
persoalan bagi mereka, dengan istilah lain ‘hidup tanpa beban’.
Keluarga Thilung juga kena musibah yang menurut saya adalah
berat, bahkan amat berat… Sore itu Thilung habis jual rongsokan, dan waktu perjalanan pulang ke rumah, sepeda
dia terserempet mobil, dan oleng kemudian jatuh dan langsung di srempet sepeda
motor, Thilung akhirnya jatuh pingsan.. yang nabrak lari tak bertanggung jawab..
akhirnya Thilung di bawa ke RS PKU Muhammadiyah, sampai cerita ini di buat..
Thilung masih tak sadarkan diri..
Sungguh sulit untuk di bayangkan nasib keluarga Thilung
selanjutnya, dimana disaat Thilung sudah
menjadi seorang wanita tangguh yang sudah tidak mau bergantung lagi, dia berani
berjuang untuk kehidupan keluarganya.
Tapi sekarang mempunyai nasib yang mengenaskan, lalu bagaimana nasib
keluarganya? Bagaimana nasib kehidupan anak-anaknya yang masih kecil-kecil? Wallohu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar